Praktik Perbudakan Dalam Perspektif Fazlur Rahman dan Farid Esack
DOI:
https://doi.org/10.71242/4hgbqg37Abstract
Perbudakan menjadi salah satu fenomena sosial yang telah menghantui peradaban manusia sepanjang sejarah, menghadirkan tantangan moral, etis, dan hukum yang kompleks di berbagai masyarakat. Dalam konteks agama-agama besar, termasuk Islam, perbudakan telah dibahas secara langsung melalui teks-teks suci dan tradisi-tradisi interpretatif yang berkembang. Dalam tulisan ini, akan membahas bagaimana hermeneutika double movement Fazlurrahman dan hermeneutika pembebasan Farid Esack digunakan sebagai model interpretasi ayat budak dalam Al-Qur’an pada masa pewahyuan dan konteks ketika ayat tersebut ditafsirkan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan baik Rahman maupun Esack melihat pentingnya konteks budaya dan sejarah dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun ada sedikit perbedaan dalam proses penafsirannya. Menurut Rahman, nilai-nilai yang terkandung dari ayat tersebut adalah moralitas yang mengacu pada moralitas vertikal dan moralitas horizontal. Oleh karena itu, semangat pembaruan yang diemban oleh Fazlur Rahman ialah semangat menegakkan keadilan seadil-adilnya tanpa ada ketidaksetaraan dan diskriminasi. Begitu juga dengan Esack perbudakan yang terjadi di zaman sekarang dalam gerakan praksisnya bukan hanya sekedar membebaskan budak dan menjadikannya merdeka. Akan tetapi lebih ke langkah yang lebih progresif yaitu dengan terciptanya sistem sosial yang adil dan egaliter sehingga mampu melindungi manusia dari penindasan.
Abstract
Slavery is one of the social phenomena that has haunted human civilization throughout history, presenting complex moral, ethical, and legal challenges in various societies. In the context of major religions, including Islam, slavery has been discussed directly through sacred texts and developing interpretive traditions. In this paper, we will discuss how Fazlurrahman's double movement hermeneutics and Farid Esack's liberation hermeneutics are used as models for interpreting the verses about slaves in the Qur'an during the time of revelation and the context in which the verses are interpreted. This study uses a descriptive analytical method. The results of the study show that overall both Rahman and Esack see the importance of cultural and historical context in understanding the verses of the Qur'an, although there are slight differences in the interpretation process. According to Rahman, the values contained in the verses are morality that refers to vertical morality and horizontal morality. Therefore, the spirit of renewal carried by Fazlur Rahman is the spirit of upholding justice as fairly as possible without inequality and discrimination. Likewise with Esack slavery that occurs in the present era in its practical movement is not just freeing slaves and making them independent. But rather to a more progressive step, namely by creating a just and egalitarian social system so that it can protect humans from oppression.
References
Abdul Baqi, M. Fuad. Mu’jam Mufakhras Lialfadzil Quran. Beirut: Darul Ma’arif, 2010.
Abror, M. Mochlas. “Memberantas Perbudakan.” Jurnal Kalam, no. 96 (2011).
Alfionita, Ericha. “Perbudakan Dan Hak Asasi Manusia Dalam Al-Qur’an (Analisis Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman).” Universitas Islam Negeri Salatiga, 2021.
Angelia, Mitra. “ISIS Jual Wanita Untuk Budak Seks Di Pasar Gelap Turki,” n.d. https://www.viva.co.id/berita/dunia/714209.
Baidhawy, Zakiyuddin. Hermeneutika Pembebasan Al-Qur’an: Perspektif Farid Esack Dalam Abdul Mustaqim-Sahiron Syamsudin, Studi Al-Qur’an Kontemporer: Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Esack, Farid. On Being A Muslim: Menjadi Muslim Di Dunia Modern, Terjemahan Dadi Darmani Dan Jajang Jamroni. Jakarta: Erlangga, 2004.
———. Qur’an Liberation & Pluralism: An Islamic Solidarity Againts Oppression. England: Oneword Publication, 1997.
Hajani, Hajani. “Metode Syariat Islam Dalam Menghapuskan Perbudakan.” Al Ahkam 13, no. 2 (2017).
Harris, William V. “Demography, Geography and the Source of Roman Slaves, Dalam Abdul Hakim Wahid, ‘Perbudakan Dalam Pandangan Islam.’” The Journalof Roman Studies, 1999.
Husein, Ahmad, and Arif Al Anang. “Memahami Al-Qur’an Kontemporer: Antara Teks, Hermeneutika Dan Kontekstualisasi Terhadap Ayat Perbudakan.” Jurnal Ulunnuha 9, no. 9 (2020).
Irawan, Rudy. “Metode Kontekstual Penafsiran Al-Qur’an Perspektif Fazlur Rahman.” Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadits 13, no. 2 (2019).
Kurdi. Hermeneutika A-Qur’an Dan Hadis. Yogyakarta: elSAQ Press, 2010.
Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKiS2, 2010.
Muttaqin, Labib. “Aplikasi Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Doktrin Kewarisan Islam Klasik.” Jurnal Al-Manahij VII, no. 2 (2013).
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. “Perbudakan Dalam Hukum Islam.” Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah 15, no. 1 (2019).
Purnawan, Ajib. “Jejak-Jejak Perbudakan Di Tanah Arab.” Jurnal Hadlarah, Suara Muhammadiyah 02, no. 96 (2011).
Rahman, Fazlur. Islam Dan Modernitas : Tentang Transformasi Intelektual, Terj. Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka, 1995.
———. Islam: Sejarah Pemikiran Dan Peradaban. Bandung: Mizan, 2017.
Ridha, Abu. Ketika Diam Menjadi Asing. Jakarta: Ain Publishing, 2012.
Rohman, Anas. “Pemikiran Fazlur Rahman Dalam Kajian Qur’an-Hadis (Telaah Kritis).” Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang 8, no. 1 (2020).
Saputra, Teguh. “Hermeneutika Farid Esack Tentang Keadilan Pada Konsep Masa Iddah Bagi Perempuan.” Islamic Review: Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman 11, no. 2 (2022).
Shihab, M. Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an. Jilid I. Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Sumantri, Rifki Ahda. “Hermeneutika Al-Qur’an Fazlur Rahman Metode Tafsir Double Movement.” Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 7, no. 1 (2013).
Wahid, Abdul Hakim. “Perbudakan Dalam Pandangan Islam Hadith and Sirah Nabawiyyah: Textual and Contextual Studies.” Nuansa 8, no. 2 (2015).










